Manakah produk kami yang paling Anda sukai?

Rabu, 16 Juni 2010

BAB II Kerangka Teori

BAB II
KERANGKA TEORI

A. Landasan Teori.
Inti dari skripsi yang penulis angkat adalah betapa pentingnya aplikasi WOM untuk diterapkan oleh para praktisi PR ataupun seorang calon PR seperti peneliti. Hal tersebut adalah agar para praktisi PR atau calon PR memiliki nilai tambah dalam pekerjaannya, agar dapat mengerti segala hal penting yang bersangkutan dengan Perusahaan tempatnya bekerja. Oleh karena itu, sebelum melangkah kepada Bab selanjutnya, peneliti perlu untuk menjelaskan teori-teori dibawah ini.
1. Komunikasi
Menurut Wilbur Schramm (Effendy 1993:64) bahwa komunikasi merupakan:
suatu penyampaian pesan yang diharapkan dapat menumbuhkan terciptanya suatu persamaan mengenai pesan tertentu antara komunikator dan komunikan, maka otomatis komunikasi akan berlangsung dengan lancar dan baik, dan untuk terjadinya sebuah proses paling sedikit terdapat lima komponen yaitu: (1) sumber/komunikator, (2) pesan, (3) saluran, (4) komunikan/khalayak, (5) efek.
Komunikasi adalah suatu sarana paling penting bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Manusia adalah makhluk hidup yang hidup secara berkelompok dan saling bergantung satu sama lain jadi tanpa adanya komunikasi antar manusia maka dapat dipastikan bahwa manusia tidak akan mampu hidup hingga sekarang. Dalam penerapannya, komunikasi telah digunakan untuk semua aspek penting dalam kehidupan manusia namun didalam penelitian ini peneliti hanya akan jelaskan mengenai komunikasi yang digunakan untuk pemasaran saja, hal ini adalah untuk membantu peneliti menjelaskan tentang WOM dalam penelitian yang dilakukan.
Berdasarkan pendapat Harold D. Lasswell (dalam Effendy, 2002: 27), seorang pakar komunikasi terkenal, komunikasi memiliki beberapa fungsi. Fungsi-fungsinya antara lain adalah:
a) Pengamatan terhadap lingkungan.
b) Korelasi unsur-unsur masyarakat ketika menanggapi lingkungan.
c) Penyebaran warisan sosial.
Adapun tujuan dari komunikasi itu bermacam-macam, namun diambil yang penting menjadi 4 (empat) macam (Effendy, 2003: 55). Ke-empat tujuan tersebut adalah:
a) Mengubah sikap (to change the attitude).
b) Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion).
c) Mengubah perilaku (to change the behavior).
d) Mengubah masyarakat (to change the society).

2. Komunikasi Pemasaran
Disebutkan secara ringkas (dalam Sulaksana, 2007: 23) bahwa:
Komunikasi pemasaran adalah proses persebaran informasi tentang Perusahaan dan apa yang hendak ditawarkannya (offering) pada pasar sasaran. Juga disebutkan bahwa perannya sangat vital mengingat peran komunikasi dalam memfasilitasi hubungan saling menguntungkan antara Perusahaan dengan pembeli prospektif.

Tujuan komunikasi pemasaran secara terintegrasi atau Integrated Marketing Communications (IMC) (dalam Rangkuti, 2009: 59) adalah meningkatkan ekuitas merk. Produk yang memiliki ekuitas merk yang relatif tinggi dibandingkan dengan produk-produk lain sejenis akan mudah mengajak konsumen untuk mencoba produk yang ditawarkan.
Komunikasi Pemasaran merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam perusahaan. Tanpa adanya Komunikasi Pemasaran didalam suatu Perusahaan, maka dapat dipastikan bahwa Perusahaan tersebut akan sangat sulit dalam melakukan perkembangan. Perusahaan yang berharap dapat berhasil perlu memfokuskan pada Pemasaran. Filosofi seperti ini, disebut Konsep Pemasaran, sangat membantu Perusahaan mencapai tujuannya dengan mengutamakan kepuasan konsumen melalui koordinasi dan integrasi antara bidang Pemasaran dengan bidang kegiatan lainnya.
Dalam Komunikasi Pemasaran, ada 5 proses penting didalamnya (Machfud, 2006: 1). Proses-prosesnya adalah sebagai berikut (penjelasan-penjelasan didalamnya merupakan gabungan dari apa yang telah peneliti pelajari dan alami):
1. Penciptaan Pengenalan atau Awareness.
Apabila suatu Perusahaan atau seorang Pengusaha mempunyai produk yang hendak dipasarkan, maka terlebih dahulu harus memperkenalkan produknya kepada masyarakat.
2. Pemahaman atau Comprehension.
Seorang pengusaha atau suatu perusahaan harus memberikan penjelasan kepada calon konsumen produknya mengenai produk yang ditawarkan.

3. Ketertarikan atau Interest.
Proses Ketertarikan atau Interest adalah bagaimana cara untuk menarik minat para calon konsumen untuk mau membeli produk yang sedang dipasarkan.
4. Intention to Buy.
Proses berikutnya setelah terciptanya interests, mulai mengarah kepada interaksi langsung antara produk dengan konsumen.
5. Action.
Setelah terbentuknya keinginan untuk membeli dalam benak konsumen, maka tahap berikutnya tinggal mengharapkan agar terjadinya action, atau tindakan nyata mewujudkannya.

Berikut adalah penjelasannya:
1. Penciptaan Pengenalan atau Awareness.
Memperkenalkan produk ke masyarakat pun belum cukup, bila produk yang dipasarkan ternyata sudah banyak diedarkan oleh perusahaan atau pengusaha lain, maka muncul suatu tantangan. Contoh: Seorang tukang kue tiba-tiba memiliki saingan yang menjual kue yang sama. Tantangan yang muncul adalah bagaimana caranya bersaing dengan saingannya itu. Hal ini bisa dilakukan tentunya dengan melakukan pemberian merek pada kuenya. Pemberian merk ini sangat penting karena merk merupakan suatu hal yang menjadi ciri khas dari produk itu sendiri. Nama merk seringkali merupakan nama yang berhubungan dengan Pengusaha yang membuat produk atau bisa juga merupakan suatu ciri khas dari suatu Perusahaan. Tanpa adanya merk suatu produk, mustahil masyarakat dapat mengetahui dan mengingat produsen dari produk tersebut. Merk yang baik adalah nama yang mudah di-ingat dan komersil. Meskipun sangat penting, merk bukanlah jaminan dalam keberhasilan pemasaran suatu produk. Bila namanya mudah di-ingat dan komersil namun mutu produk tidak baik, justru akan menimbulkan image negatif.
Dalam Pemasaran, terdapat 4 bauran Pemasaran, yaitu: produk, harga, distribusi, dan promosi. Setelah merk produk didapat, maka penentuan harga produk pun dilakukan. Penentuan harga dilakukan dengan melakukan pertimbangan-pertimbangan tertentu dimana suatu harga dapat dianggap masuk akal. Distribusi pun dilakukan secara bertahap, pertama dalam skala kecil & secara perlahan proses pendistribusian ditingkatkan. Setelah persiapan dirasa cukup, promosi pun dilakukan dengan harapan agar lebih banyak masyarakat mengenal produk dan bertujuan untuk meningkatkan pemasukan / omset.
2. Pemahaman atau Comprehension.
Hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan informasi pada label kemasan atau pada saat melakukan iklan/promosi. Dengan jelasnya informasi tentang suatu produk, maka akan lebih mudah bagi calon konsumen untuk memutuskan dibeli atau tidaknya suatu produk yang ditawarkan kepadanya.

Proses ini adalah bagaimana suatu Perusahaan memberikan penjelasan kepada calon konsumennya, serta bagaimana cara suatu Perusahaan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan mengenai produk yang dipasarkan. Iklan yang dilakukan diharapkan mampu “berbicara” kepada para calon konsumen, dimana gambar-gambar ataupun tulisan-tulisan dalam iklan produk yang sedang dipasarkan mampu memberikan gambaran yang tepat. Tak hanya itu saja, peran aktif para salesperson dan orang-orang yang bertanggung jawab dalam customer services pun sangat diperlukan dalam mendukung proses ini.
3. Ketertarikan atau Interest.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan berbagai jenis promosi. Namun, promosi yang seperti apakah yang cocok untuk mendukung proses ini? Bila dalam proses pertama dan kedua jenis promosi lebih menekankan kepada penjelasan produk, maka dalam proses ini promosi lebih menekankan bagaimana cara memanjakan konsumen atau calon konsumen.
Yang dimaksud dengan memanjakan konsumen atau calon konsumen adalah dengan cara memberikan penawaran-penawaran khusus kepada mereka. Penawaran-penawaran itu antara lain adalah pemberian discount, pemberian bonus-bonus seperti gifts, hadiah langsung ataupun diundi, voucher liburan, events promo, buy 2 get 1, Corporate Social Responsibility (CSR) atau kegiatan-kegiatan sosial untuk komunitas yang dilakukan oleh Perusahaan, dan lain-lain. Dari proses inilah para konsumen atau calon konsumen yang pernah membeli atau mungkin sama sekali belum pernah membeli menjadi semakin tertarik untuk membeli.
4. Intention to Buy.
Setelah tercipta interest, konsumen akan bergerak secara sadar atau tidak, disengaja ataupun tidak, untuk menemukan merk atau produk yang sedang dipasarkan. Dalam proses ini sebenarnya calon konsumen sudah menciptakan suatu bayang-bayang dalam benaknya, suatu angan-angan untuk dapat memiliki suatu produk atau jasa yang ditawarkan tersebut. Namun pihak produsen dan pemasang iklan harus berhati-hati agar tidak mengecewakan calon konsumen yang telah memiliki niat untuk membeli.
Bayangkan apabila kita dihujani dengan iklan yang sedemikian gencar dan provokatif, sampai kemudian kita penasaran dan ingin tahu seperti apa sebenarnya produknya (sebenarnya kalau sudah demikian kita interest dengan produk tersebut). Namun, saat kita beraktivitas, jalan-jalan, hang-out, dan beredar dibanyak tempat, kita tidak pernah menemukan produk yang bersangkutan. Mungkin saja kita berpikir, “Produk ini serius ga sih??”. Bisa juga kita beranggapan, “Payah deh, iklannya doang yang kenceng!!!”.
Kekecewaan konsumen seringkali terjadi karena konsumen menganggap bahwa ternyata produk yang dibelinya tidak sesuai dengan anggapannya, terlebih apabila konsumen sudah sangat tertarik dan percaya dengan iklan. Pada sisi lain, sebenarnya komunikasi dan image merk juga bisa men-’drive’ konsumen untuk mendapatkan kesan positif saat melakukan intention. Hal ini yang disebut dengan penciptaan sugesti.
5. Action.
Ini adalah proses komunikasi pemasaran yang terakhir. Tinggal masalah waktu saja sebelum terjadinya pembelian.
Dengan berbekal pengetahuan atas 5 tahapan komunikasi pemasaran tadi, maka lebih mudah bagi pengusaha atau produsen untuk menganalisa kegiatan pemasaran atau marketingnya. Kelima tahapan komunikasi pemasaran yang sejatinya merupakan penjelasan dari Inu Machfud, Head of Researcher, Brand Research Indonesia ini dalam faktanya berjalan tak seperti urutannya. Seringkali terjadi saat proses 1 dilalui, maka proses 3 dulu yang terjadi baru proses 2, lalu proses 4, dan yang terakhir adalah proses 5. Yang jelas, pastinya proses 1 tetap berjalan sebagai awalan. Apabila yang lainnya tidak berurutan tidak masalah, toh kesemuanya memang pasti terjadi didalam Komunikasi Pemasaran. Yang terpenting dalam Komunikasi Pemasaran adalah bagaimana caranya agar produk yang kita pasarkan bisa laku di pasaran, bukan terpaut kepada teori saja. Lepas dari teori yang ada pastinya setiap orang memiliki kemampuan otodidak untuk berkembang apabila mau terus belajar dan berusaha.
Hubungan antara Komunikasi Pemasaran dengan WOM adalah bahwa WOM sebenarnya juga merupakan Komunikasi Pemasaran. Bisa disebut demikian karena WOM adalah salah satu cara untuk memasarkan produk.
3. Publikasi.
Publikasi diartikan sebagai:
“the distribution of copies or phonorecords of a work to the public by sale or other transfer of ownership, or by rental, lease, or lending.” Yang dalam bahasa Indonesia peneliti artikan sebagai pendistribusian salinan-salinan ataupun rekaman-rekaman mengenai suatu pekerjaan kepada publik dengan penjualan atau bentuk lain perpindahan kepemilikan, atau dengan penyewaan, penggadaian, atau peminjaman. (www.wikipedia.com). Publikasi berasal dari bahasa latin Publicatio, dan publisitas juga berasal dari bahasa latin yakni publisitas, yang hampir sama artinya, yakni pengumuman atau upaya membuat jadi umum.
Bentuk-bentuk publikasi (www.wikipedia.com):
• Berita rutin: pengumuman, pertemuan, konferensi, pameran seni, pelatihan singkat, pernyataan perusahaan mengenai akusisi, peruahan, atau pembagian personil.
• Artikel panjang/ liputan mendalam (features): aktivitas sosial perusahaan, upaya perusahaan yang menunjukkan kepedulian terhadap permasalahan sosial. Artikel/ liputan ini biasanya berkaitan dengan wacana yang akan digulirkan oleh organisasi untuk memperoleh tanggapan publik dan mendorong pemerintah mengeuarkan kebijakan tertentu.

Pengertian Publisitas adalah:
Penempatan berupa artikel, tulisan, foto, atau tayangan visual yang sarat nilai berita baik karena luar biasa, penting atau mengandung unsur-unsur emosional, kemanusiaan, dan humor secara gratis dan bertujuan untuk memusatkan perhatian terhadap suatu tempat, orang-orang, atau suatu institusi yang biasanya dilakukan melalui penerbitan umum (www.wikipedia.com).
Disebutkan pula dalam (Cutlip et al., 2007: 12) bahwa:
Sebagian besar berita dan informasi di media berasal dari sumber-sumber PR, tetapi karena sumber-sumber tersebut tidak membayar atas pemberitaan, maka hanya sedikit atau bahkan tidak punya kontrol apabila informasi tersebut digunakan, kapan informasi itu dipakai, dan bagaimana informasi itu digunakan, atau disalahgunakan oleh media.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa publisitas sebagai sarana informasi yang tidak perlu membayar ruang-ruang pemberitaannya/penyiarannya namun disaat yang sama tidak dapat dikontrol oleh individu/Perusahaan yang memberikan informasi, sebagai akibatnya informasi dapat mengakibatkan terbentuknya citra dan mempengaruhi orang banyak dan dapat berakibat aksi – dimana aksi ini dapat menguntungkan atau merugikan disaat informasi dipublikasikan.
Presentasi pendiri dari PT. LHM mengenai produk-produk PT. LHM terhadap orang-orang berpengaruh yang dalam bidang peternakan, perikanan, dan pertanian merupakan cerminan dari kecerdikan pendiri PT. LHM dalam mempublikasikan produk-produknya. Disebutkan (dalam Gladwell, 2009: 320) bahwa:
“Cukup dengan memanipulasi ukuran kelompok, penerimaan orang terhadap gagasan-gagasan baru dapat meningkat secara dramatis. Lewat penyajian informasi yang tepat, kita dapat meningkatkan kelekatannya secara nyata. Dengan menemukan dan memanfaatkan beberapa orang tertentu yang mempunyai pergaulan sangat luas, kita dapat menentukan perkembangan epidemik sosial”.
Dari buku-buku yang beredar mengenai hal ini, perbedaan antara publikasi dengan publisitas adalah bahwa publikasi memiliki makna yang lebih luas daripada publisitas. Jadi, publisitas sudah pasti publikasi, tetapi publikasi belum tentu publisitas. Jadi, menurut apa yang peneliti pahami dari buku-buku yang telah peneliti baca, maka publikasi dibedakan menjadi 2 yakni berbayar (advertising) dan tidak berbayar (publicity). Publisitas disini peneliti pahami sebagai publikasi tidak berbayar karena sumber menyampaikan informasi kepada media, namun media tersebut tidak menarik bayaran kepada sumber dalam hal penyebaran informasi yang didapatkan dari sumber tersebut, sehingga apapun informasi yang akan keluar itu memang sepenuhnya merupakan hak dari media. Sedangkan publikasi berbayar peneliti anggap sebagai advertising, disini sumber menentukan informasi apa yang akan disampaikan oleh pihak media kepada publik. Meskipun peneliti mendapatkan masukan-masukan lain mengenai publikasi dan publisitas, namun peneliti menganggap bahwa pendapat yang peneliti sebutkan diatas adalah pendapat terkuat bagi peneliti.
Didalam penulisan skripsi ini sengaja peneliti masukkan mengenai publikasi dan publisitas karena peneliti anggap masih ada hubungannya. Inti penting dari skripsi ini yakni WOM masuk kedalam publisitas karena memiliki ciri-ciri yang sama. Meskipun Perusahaan memang membayar pembuatan brosur, pamflet, banner, dan spanduk namun peneliti anggap ini bukanlah publikasi berbayar dan peneliti anggap ini hanyalah bentuk transaksi dengan pihak pembuat brosur, pamflet, banner, dan spanduk tersebut.
Karena tujuannya menjelaskan sesuatu untuk kepentingan organisasi, PR sangat erat hubungannya dengan publisitas. Diterangkan (Ruslan, 2008: 76) bahwa proses akumulasi dan amanah kepercayaan yang telah diberikan oleh individu-individu akan mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk membentuk suatu opini publik yang lebih luas, yang dinamakan citra (image). Publisitas memunculkan suatu citra, berdasarkan suatu informasi atau pengalaman tertentu. Citra dari sesuatu tidak selamanya mencerminkan kenyataan yang sesungguhnya, meskipun seringkali memang sesuai dengan kenyataan. Hal ini disebabkan karena citra itu semata-mata terbentuk berdasarkan informasi yang tersedia. Oleh karena itulah, kegiatan publisitas tak hanya bisa dilakukan oleh seorang PR saja, melainkan semua orangpun bisa melakukannya.
Sebuah contoh kasusnya adalah Ibu Prita yang terkait kasus dengan salah satu Rumah Sakit Swasta di Indonesia. Dalam kasus tersebut, Ibu Prita menyebarkan beberapa informasi negatif tentang Rumah Sakit tersebut menggunakan alamat email miliknya. Alhasil, seperti yang sama-sama kita ketahui, informasi tersebut menyebar luas dan Ibu Prita pun dituntut oleh pihak Rumah Sakit. Dari kasus tersebut maka kita sama-sama dapat menyimpulkan bahwa publisitas tidak dapat kita atur sesuai kehendak kita. Orang-orang pada umumnya selain memiliki penilaian publisitas yang baik, mereka pun tidak luput dari penilaian publisitas yang buruk, dan Ibu Prita-lah contohnya. Atas dasar kenyataan itulah tidak mengherankan bila kita ataupun suatu Perusahaan mendapatkan citra yang berlainan antara surat kabar satu dengan surat kabar lainnya. Dengan demikian, informasi yang benar, akurat, tidak memihak, lengkap, dan memadai (memuaskan) itu benar-benar penting bagi munculnya citra yang tepat.
4. Aplikasi Words of Mouth.
Dijelaskan (Rangkuti, 2009: 77) bahwa WOM adalah:
Usaha pemasaran yang memicu pelanggan untuk membicarakan, mempromosikan, merekomendasikan, dan menjual suatu produk/jasa/merk kepada pelanggan lain. Tujuan akhirnya adalah seorang pelanggan tidak hanya mampu membicarakan dan mempromosikan produk yang ia gunakan, tetapi juga mampu menjual secara tidak langsung kepada pelanggan lainnya.

Berdasarkan penjelasan tadi, maka aplikasi komunikasi WOM berarti penerapan suatu penyampaian pesan yang diharapkan dapat menumbuhkan terciptanya suatu persamaan mengenai suatu pesan tertentu antara komunikator yang berasal dari sumbernya atau pusatnya langsung dengan komunikan baik itu individual ataupun berkelompok, yang nantinya diharapkan komunikan tadi menjadi komunikator bagi komunikan baru dan begitu pula seterusnya. Istilah WOM makin sering terdengar karena makin banyak praktisi dalam bidang pemasaran dan bahkan PR yang menggunakannya, sebagai contoh: PR PT. LHM yang menggunakan teknik WOM dalam memperkenalkan produk-produk yang diproduksi oleh PT. LHM.
Pentingnya WOM (www.tanadisantoso.com) adalah:
Bahwa WOM marketing hampir menjadi kunci sukses bisnis kecil apapun. Disebutkan pula bahwa toko roti yang enak, nasi pecel, soto ayam, toko kamera digital, semuanya menjadi sukses karena “getok tular”, marketing dari mulut ke mulut, oleh pembeli yang sangat puas terhadap produk atau servis anda.

Aplikasi komunikasi WOM perlu diketahui oleh para praktisi PR dan para calon praktisi PR agar dapat menjadi nilai tambah tersendiri bagi para praktisi PR dan calon praktisi PR tersebut. Selain itu, untuk menjaga nama baik Perusahaan, seorang PR mempunyai 27 perintah dan larangan (Laermer, et al., 2009: 144) dalam menjalin hubungan dengan media, namun dari kesemuanya itu ada satu hal yang paling penting yang perlu diterapkan oleh setiap PR, yakni jangan berbohong. Sebagai tambahan, cara PT. LHM dalam mempromosikan produk-produk disebut juga (dalam Waringin, 2008) dengan soft-selling, yakni penjualan dilakukan dengan cara mengingatkan, bukan menawarkan.

B. Kerangka Pemikiran.







Kerangka Pemikiran berangkat dari Komunikasi. Komunikasi adalah unsur penting dalam kehidupan manusia karena dengan itu manusia mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Lalu, beranjak dari komunikasi kita masuk kedalam komunikasi pemasaran dimana komunikasi dipergunakan dalam upaya untuk memasarkan suatu produk. Dari komunikasi pemasaran, maka dilanjutkan kepada publikasi, dapat dilihat pula bahwa komunikasi pemasaran telah membantu munculnya brand awareness dari Starbio Plus secara tidak langsung. Selanjutnya, dapat dilihat pula bahwa publikasi bisa membentuk WOM ataupun Brand awareness dari Starbio Plus. WOM juga dapat menghasilkan brand awareness dan begitu pula sebaliknya.
Humas menggunakan teori-teori komunikasi yang ada demi kepentingan Perusahaan. Kepentingan yang menyangkut dengan lingkup internal dan eksternal Perusahaan sangat sering menggunakan teori-teori komunikasi yang ada, tetapi dalam penelitian yang peneliti lakukan ini hanya dijabarkan teori komunikasi yang dipakai untuk kepentingan pemasaran suatu produk.
Salah satu teori yang peneliti temukan dalam penelitian ini adalah adanya teori publisitas. Teori ini adalah suatu teori yang termasuk didalam publikasi, yakni publikasi tak berbayar. Peneliti menyimpulkan adanya teori ini dikarenakan memang sistem pemasarannya seperti itu ketika peneliti mengamati di Perusahaan tersebut.
Salah satu bentuk publisitas yang digunakan adalah bentuk pengaplikasian teknik WOM didalam memasarkan produk-produk yang diproduksi oleh PT. LHM. Aplikasi WOM didalam memasarkan produk-produk PT. LHM ternyata berdampak sangat efektif sehingga dipertahankan hingga sekarang.
Dari kesemua tindakan yang telah disebutkan, maka muncullah brand awareness. Brand Awareness adalah suatu istilah dimana publik sudah mulai mengenal kebesaran nama suatu produk/Perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa nama produk-produk PT. LHM ternyata lebih dikenal dibandingkan dengan nama PT. LHM itu sendiri.
Pada penelitian ini peneliti hanya berfokus kepada suatu produk bernama Starbio Plus. Produk ini adalah salah satu produk PT. LHM yang promosinya benar-benar menggunakan aplikasi WOM sehingga inilah alasan mengapa peneliti mengangkat produk ini kedalam penelitian. Pada awalnya, Starbio Plus memang belum dikenal, namun saat ini sudah cukup banyak yang mulai mengenal kehebatan produk ini dalam menangani WC penuh. Sudah banyak orang yang mereferensikan produk ini ketika seseorang mengalami WC penuh dan mencari pemecahan terhadap masalah tersebut, terutama bagi yang tinggalnya di lokasi dimana mobil sedot WC susah untuk mencapainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar